Skripsi BAB II Tentang Landasan dan Teori Dengan Judul Pengertian Penerapan Program Tehnik Membaca Al-Qur’an
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Penerapan Program Tehnik Membaca Al-Qur’an
1.
Pengertian Penerapan Tehnik
Penerapan
merupakan sebuah tindakan yang dilakukan, baik secara individu maupun kelompok
dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Secara bahasa
penerapan adalah hal, cara atau hasil. [1]
Adapun
menurut Ali penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan, atau pelaksanaan.14
Sedangkan Riant Nugroho penerapan adalah cara yang dilakukan agar dapat
mencapai tujuan yang dinginkan.[2]
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas dapat disimpukan bahwa penerapan adalah cara yang
dilakukan dalam kegiatan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Pengertian
Teknik Menurut para ahli, pengertian “Teknik” diartikan sebagai berikut :
1.
Menurut Ludwig
Von Bartalanfy teknik merupakan seperangkat unsure yang saling terkait dalam
suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.
2.
Menurut Anatol
Raporot teknik adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama
lain.
3.
Menurut L. Ackof
teknik adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari
bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.
4.
Menurut L. James
Havery teknik adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu
rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud
untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang
telah ditentukan.
5.
Menurut John Mc
Manama teknik adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari
fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan
organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan
6.
Menurut Wina
Sanjaya teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode.[3]
Sehingga
pengertian teknik adalah seperangkat unsur yang salingterikat atau tersusun
dalam usaha mencapai suatu tujuan.[4]
Teknik adalah cara membuat sesuatu melakukan sesuatu yang berhubungan dengan
kesenian.[5]
Pengusaan adalah proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan, pemahaman
atau kesanggupan untuk mengunakan pengetahuan, kepandaian. Kata penguasaan juga
dapat diartikan kemampuan seseorang dalam suatu hal.[6]
2.
Tehnik Membaca Al-Qur’an
Berdasarkan firman Allah Swt Qur’an Surah Al ‘Alaq ayat
1, membaca Al-Qur‟an merupakan kewajiban, karena Allah SWT yang memerintahkan.
Wahyu yang pertama turun adalah perintah membaca. Allah SWT berfirman :
خَلَقَ الَّذِي رَبِّكَ بِاسْمِ اقْرَأْ
Artinya : “Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”
Wahyu
pertama yang disampaikan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.melalui perantara
malaikat Jibril adalah perintah membaca karena dengan membaca, Allah Swt. mengajarkan
tentang ilmu pengetahuan. Negara-negara maju berawal dari semangat membaca.
Membaca di sini menurut penulis adalah membaca ayat-ayat kauliah (Al-Qur‟an)
dan membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta).
Untuk bisa memaca
Al-Qur’a dengan baik memang tidak mudah untuk itu butuh cara-cara kusus atau
tehnik yang memudahkan kita untuk bisa membaca al-Qir’an dengan benar. Dalam
hal ini tehnik yang akan digunakan adalah melalui langkah-langkah beikut:
a.
Mengenal Huruf Hijaiyah dan Tanda Baca
1.
Pengenalan Dasar
Huruf Hijaiyah
Huruf hijaiyah sendiri ialah huruf ejaan bahasa arab
sebagai bahasa asli Alquran. Bisa dikatakan bahwa huruf hijaiyah seperti huruf
abjad (A B C D E) di dalam Bahasa Indonesia, sehingga jika kamu ingin lancar
dalam membaca Alquran. Sehingga kalian harus belajar dan mengerti akan huruf
hijaiyah dan ejaannya
Cara membaca Alquran untuk pengenalan dasar tentang
huruf hijaiyah yang dimaksud adalah huruf hijaiyah yang digunakan dalam Alquran
terdapat 29 macam dan jumlah huruf hijaiyah tersebut sudah termasuk Alif.
2.
Mengenal Tanda
Baca (Harakat)
Cara membaca
Alquran secara cepat kedua setelah mempelajari huruf hijaiyah ialah harus
mengenal dan mempelajari tanda baca atau harakat di dalam Alquran. Cara membaca
Alquran tersebut dikarenakan tanda baca (harakat) ini berfungsi untuk
menentukan bagaimana pengucapan huruf hijaiyah di dalam Alquran. Sebagai contoh,
jika dalam Bahasa Indonesia terdapat A I U E O, maka di bahasa Arab ada
harakat. Adapun untuk pengenalan lebih detail mengenai tanda baca harakat ini,
kamu bisa mencari di buku tajwid Alquran yang banyak di jual di toko buku, atau
bisa tanya (belajar) langsung ke Ustad atau guru mengaji.
3.
Mengenal Bacaan
Tajwid Al Qur’an
Hukum Nun Mati
dan Tanwin adalah salah satu dari hukum Tajwid yaitu hukum bacaan Nun Mati.
Disini kita akan menemukan manasaja dari huruf hijaiyah yang dibaca dengung,
tentunya kita perlu untuk menghafalkan huruf itu dengan cara sering berlatih,
karena untuk huruf hijaiyah yang dibaca dengung ini tidak ada tanda baca
dengung nya. Hukum ini menjelaskan tata
aturan pembacaan alquran jikan Nun Mati Atau Tanwin bertemu dengan huruf-huruf
hijaiyah tertentu. Hukum bacaan Nun Mati dan Tanwin ada 4 Macam yaitu:
a)
Idhar
Hukum
Bacaan Idhar Jika nun mati atau tanwin bertemu/menghadap salah satu huruf izhar
yaitu ح,خ,ع,غ,أ,ھ cara membacanya jelas, dan terang tidak diperbolehkan untuk
mendengung.contoh حَتّٰى اَحَدٍ مِنْ
b)
Idghom Bighunah
Hukum
bacaan idghom bighunah Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf huruf seperti:
mim (م), nun (ن) wau (و), dan ya’ (ي), ia harus dibaca dengan dengung. Contoh :
مُّمَدَّدَةٍ عَمَدٍ فِيْ (Fī ʿamadim mumaddadah)
c)
Idghom Bilahunah
Hukum
Bacaan Idhom Bilahunah Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti
ra’ (ر) dan lam (ل), maka ia harus dibaca tanpa dengung. Contoh : لَمْ مَنْ
d)
Iqlab
Hukum
bacaan Iqlab Hukum ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan
huruf ba’ (ب). Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berubah menjadi
bunyi mim. Contoh : لَيُنۢبَذَنَّ
e)
Ikfa
Hukum
bacaan Ikfa Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta'(ت),
tsa’ (ث), jim (ج), dal (د), żal (ذ), zai (ز), sin (س), syin (ش), sad (ص), dad (ض),
tha (ط), zha (ظ), fa’ (ﻑ), qaf (ق), dan kaf (ك), ia harus dibaca samar-samar
(antara Izhar dan Idgam) Contoh :
طْنَفَوَسَ
نَقْعًا
B.
Pengertian Peserta Didik
Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan
umum undangundang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.[7]
Dengan demikian peserta didik adalah orang yang mempunyai
pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan. Oemar
Hamalik mendefinisikan peserta didik sebagai suatu komponen masukan dalam
sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.
Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia sebagai
individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan "orang seorang tidak
tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang
menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan
sendiri".[8]
Sedangkan Hasbullah berpendapat bahwa siswa sebagai peserta
didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilanproses
pendidikan.[9]
Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan
terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang
membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan
yang ada pada peserta didik.[10]
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, bisa
dikatakan bahwa peserta didik adalah orang/individu yang mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang
dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan
oleh pendidiknya
C.
Sifat Mandiri
b)
Pengertian Kemandirian
Kemandirian adalah sikap (perilaku) dan mental yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, benar, dan bermanfaat; berusaha
melakukan segala sesuatu dengan jujur dan benar atas dorongan dirinya sendiri
dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya,
sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya; serta
bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambilnya melalui
berbagai pertimbangan sebelumnya.
Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.[11]
Mandiri disini adalah bagaimana peserta didik dapat belajar melaksanakan serta
menyiapkan kebutuhanya sendiri, mandiri dalam belajar, mandiri dalam beribadah,
mandiri dalam berinteraksi dan bergaul dengan teman-teman.
Menurut
Robert Havighurst sebagaimana di kutip Desmita, membedakan kemandirian atas
empat bentuk kemandirian, yaitu :
a.
Kemandirian Emosi
Merupakan
kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantung kebutuhan emosi orang
lain
b.
Kemandirian Ekonomi
Kemandirian
ekonomi yaitu kemampuan meengatur ekonomi sendiri dan tidak tergantungnya
kebutuhan ekonomi pada orang lain.
c.
Kemandirian Intelektual
Kemandirian
itelektual yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi
d.
Kemandirian Sosial
Kemandirian
sosial merupakan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan
tidak bergantung pada aksi orang lain.[12]
c) Ciri-ciri Kemandirian
Kemandirian
secara psikososial tersusun dari tiga aspek yaitu sebagai berikut :
a.
Mandiri emosi adalah aspek kemandirian
yang berhubungan dengan perubahan pendekatan atau keterkaitan hubungan
emosional individu, terutama sekali dengan orang tua atau orang dewasa lainya
yang banyak melakukan interaksi dengan dirinya.
b.
Mandiri bertindak adalah kemampuan untuk
membuat keputusan secara beba, menindaklanjuti, serta bertanggung jawab.
c.
Mandiri berfikir adalah kebebasan memaknai
seperangkat prinsip tentang benar-salah, baik-buruk, dan apa yang berguna bagi
dirinya.
Ciri-ciri
kemandirian yang Pertama, kemandirian emosional. Hubungan anatar anak dan orang tua berubah dengan sangat cepat,
lebihlebih setelah anak memasuki usia remaja. Seiring dengan semakin mandirinya
anak dalam mengurus dirinya sendiri pada pertengahan masa kanak-kanak, maka
perhatian orang tua dan orang dewasa lainya terhadap anak semakin berkurang.
Kedua, kemandirian
bertindak. Mandiri dalam bertindak berarti bebas untuk bertindak sendiri tanpa
terlalu bergantung pada bimbingan orang lain. Kemandirian bertindak, khususnya
kemampuan mandiri secara
fisik sebenarnya sudah dimulai sejak
usia anak dan meningkat dengan tajam sepanjang usia beranjak remaja. Peningkatan
itu bahkan lebih dramatis daripada peningkatan kemandirian emosional.
Ketiga, kemandirian berfikir,
kemandirian berfikir merupakan proses yang paling komplek, tidak jelas bagaiman
proses berlangsung dan pencapaianya terjadi melalui proses internalisasi yang
pada lazimnya tidak disadari. Ciri kemandirian mandiri dalam berfikir ditandai
dengan cara berfikir semakin abstrak, keyakinan yang dimiliki berbasis
ideologis, keyakinan-keyakinan semakin mendasar pada nilai-nilai mereka sendiri
bukan hanya nilai yang ditanamkan oleh orang tua.[13]
D.
Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab yang indah. Setiap kali
seorang muslim membacanya, niscaya akan bertambah semangat dan keaktifaannya.
Ketika shalat, dia termasuk diantara orang-orang yang paling dahulu sampai ke masjid.[14]
Dalam sebuah hadis Rosululloh Saw bersabda :
وَعَلَّمَهُ الْقُرْآنَ تَعَلَّمَ مَنْ خَيْرُكُمْ
Artinya
adalah“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an
dan mengajarkannya.”
Orang yang terbaik adalah yang terkumpul padanya dua
sifat tersebut, yaitu : mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya. Ia
mempelajari Al-Qur`an dari gurunya, kemudian ia mengajarkan Al-Qur`an tersebut
kepada orang lain. Mempelajari dan mengajarkannya di sini mencakup mempelajari
dan mengajarkan lafazh-lafazh Al-Qur`an; dan mencakup juga mempelajari dan
mengajarkan makna-makna Al-Qur`an.Berikut adalah beberapa keutamaan dari
membaca Al-Qur’an :
1.
Menenteramkan Hati dan Menyembuhkan Penyakit
Salah satu keistimewaan membaca Al-Qur’an secara rutin
adalah menenteramkan hati dan menyembuhkan penyakit. Dalam Al-Qur’an surah
Ar-Ra’d ayat 28, Allah Taala berfirman, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Membaca Al-Qur’an juga memiliki
keutamaan dapat menyembuhkan penyakit. Dalam hadis HR. Ibnu Majah dan Ibnu
Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya kamu menggunakan kedua obat-obat:
madu dan Al-Qur’an.”
2.
Mendatangkan Kebaikan
Keistimewaan lain membaca Al-Qur’an adalah mendatangkan
kebaikan. Bahkan orang yang membaca Al-Qur’an secara terbata-bata pun masih
mendapatkan pahala. Dalam hadis HR. Muslim, diriwayatkan oleh Aisyah ra.,
Rasulullah bersabda, “Seorang yang
lancar membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa
selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al-Qur’an dan terbata-bata di
dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala.”
3.
Mendatangkan Syafaat
Membaca Al-Qur’an secara rutin telah terbukti
memberikan syafaat. Apalagi Allah Swt. meridai generasi-generasi yang
bersemangat dan giat membaca Al-Qur’an. Mereka yang memang menyempatkan waktu
untuk membacanya akan merasakan sendiri manfaatnya. Hati menjadi tenang. Dalam
hadis HR. Muslim, Abu Umamah Al Bahily ra. berkata, “Aku telah mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang
pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada orang yang membacanya.”
4.
Menghapal dan Pandai Membacanya
Menghapal dan pandai membaca Al-Qur’an menjadi salah
satu manfaat yang langsung diperoleh oleh para pembacanya. Berdasarkan hadis Muttafaq
‘alaih, Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an
sedang ia hafal dengannya bersama para malaikat yang suci dan mulia, sedang
perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an sedang ia senantiasa melakukannya
meskipun hal itu sulit baginya maka baginya dua pahala.”
5.
Terpelihara dari Kegelapan
Membaca Al-Qur’an mampu memelihara umat muslim dari
kegelapan. Al-Qur’an dapat menjadi petunjuk dan membawa manusia dari zaman
kegelapan dan menjadi cahaya di hari kiamat. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mendengar satu ayat
daripada kitab Allah Taala (Al-Qur’an) ditulis baginya satu kebaikan yang
berlipat ganda. Siapa yang membacanya pula, baginya cahaya di hari kiamat.”
6.
Memperoleh Kedudukan yang Tinggi di Surga
Umat muslim yang sering membaca Al-Qur’an, bahkan
membacanya secara rutin telah dijamin Allah akan mendapat kedudukan tinggi di
surga. Dalam hadis HR. Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah (Al-Qur’an),
naiklah (pada derajat-derajat surga) dan bacalah dengan tartil sebagaimana
engkau membacanya dengan tartil di dunia. Sesungguhnya kedudukan derajatmu
sehingga kadar akhir ayat yang engkau baca.”
Demikianlah penjelasan mengenai beberapa keutamaan
membaca Al-Qur’an. Selain membaca Al-Qur’an secara rutin, amalan-amalan lain
yang akan meningkatkan derajat dan mendapat pahala adalah bersedekah dan
berzakat.
E.
Adab dalam Membaca Al Qur’an
1.
Bersuci dari
hadas besar dan kecil, karena mushaf Al-Quran tidak boleh disentuh kecuali bagi
orang-orang yang suci.
2.
Mencuci mulut
(menggosok gigi) atau bersiwak.
3.
Menghadap Qiblat
sebab ia merupakan arah paling mulia.
4.
Membaca ta'awwudz
(doa berlindung kepada Allah dari gangguan setan). "Maka apabila kamu
membaca al-Qur'an, berlindunglah kepada Allah dari syaithan yang
terkutuk." (QS.An-Nahl: 98)
5.
Ikhlas atau
meluruskan niat karena Allah semata. Ini merupakan adab paling penting karena
suatu amal selalu terkait dengan niat. Siapa saja yg membaca atau menghafal
Al-Qur'an karen riya maka ia tak mendapat pahala.
6.
Menghadirkan hati
(konsentrasi penuh). Menghalau bisikan syetan dan kata hati, tidak sibuk dengan
memain-mainkan tangan atau menoleh ke kanan dan ke kiri.
7.
Mentadabburi
(merenungi) dan memahami apa yang dibaca.
8.
Berusaha agar
khusyu' atau tersentuh dengan bacaan. Jika mampu menangis itu lebih baik.
9.
Memperindah suara
ketika membaca Al-Qur'an. Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah termasuk
golongan kami orang yang tidak bersenandung dengan Al-Qur'an (melantunkannya
dengan bagus)." (HR Al-Bukhari)
10. Membaca dengan mushaf. Imam an-Nawawi mengatakan, bila
membaca menggunakan mushaf dapat menambah kekhusyukan. Mushaf tidak diletakkan
di tanah atau lantai. Tidak boleh menyentuhnya kecuali dalam keadaan suci.
11. Membaca di
tempat suci seperti di masjid/mushalla dan rumah atau tempat yang dianggap
bersih lainnya.[15]
F.
Metode Pembelajaran Membaca Al-qur’an
1.
Metode Qira’ati
Metode adalah
suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk
mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan.[16]
Dalam belajar membaca al Qur’an banyak metode yang digunakan. Dalam melakukan
penelitian ini digunakan Metode Qira’ati
yaitu Metode membaca al-Qur’an ini baru berakhir disusun pada tahun 1963 M oleh
KH. Dahlan Salim Zarkasyi, yang terdiri dari 6 jilid. Buku ini merupakan hasil
evaluasi dan pengembangan dari kaidah Baghdadiyah.
Metode Qira’ati ini
secara umum bertujuan agar siswa mampu membaca al-Qur’an dengan baik sekaligus
benar menurut kaidah tajwid.1 Secara umum, pembelajaran membaca al-qur’an
dengan metode qira‟ati adalah sebagai berikut
a. Dapat digunakan pengajaran secara klasikal dan
individual.
b. Guru menjelaskan materi dengan memberikan contoh materi
pokok
b.
bahasan,
selanjutnya siswa membaca sendiri.
c.
Siswa membaca
tanpa mengeja.
d.
Sejak permulaan
belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan cepat dan tepat.[17]
Kelebihan metode Qira’ati
ini adalah pembelajarannya lebih efisien dan terprogram karena untuk menjadi
guru Qira’ati saja seseorang harus mendapatkan syahadah dari pihak Qira’ati
pusat yang menyatakan bahwa seseorang tersebut benar-benar ahli Qur’an dan
boleh mengajar Qira’ati. Adapun ciri khas yang dimiliki oleh Metode Qira’ati
adalah :
a.
Tidak dijual
secara bebas (tidak ada di toko-toko)
b.
Guru yang
mengajarkan qira‟ati telah ditashih untuk mendapatkan syahadah (sertifikat/izin mengajar)
c.
Kelas TKQ/TPQ
dalam disiplin yang sama.
2.
Metode Iqra’
Setelah metode qira’ati, lahir metode-metode lainnya. Di antaranya metode Iqra’ temuan KH. As’ad Humam dari Yogyakarta, yang terdiri dari 6 jilid. Dengan hanya 6 bulan, siswa sudah mampu membaca al-qur’an dengan lancar. Inti dari metode iqra‟ adalah dengan menekankan cara membaca a, ba, ta, na, ni, nu tanpa si santri tahu dulu nama-nama hurufnya seperti alif, ba‟, ta‟, dan nun. Dan ternyata metode iqra‟ paling banyak diminati di zamannya. Metode iqra‟ menjadi populer, lantaran diwajibkan dalam TK Alqur’an yang dicanangkan menjadi program nasioanl pada musyawarah nasional V Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), pada 27-30 Juni 1989 di Surabaya.
Tiga model
pengajaran metode ini adalah : pertama, Cara Belajar Santri Aktif (CBSA). Guru
tak lebih sebagai penyimak, bukan penuntun bacaan. Kedua, privat, yaitu guru
menyimak seorang demi seorang. Ketiga, asistensi,. Jika tenaga guru tidak
mencukupi, murid yang mahir bisa turut membantu mengajar murid-murid lainnya.
Untuk pelajaran
penunjang dalam keberhasilan metode ini, siswa juga digembleng dengan
materi-materi berikut :
a.
Hafalan
surat-surat pendek (Juz Amma)
b.
Hafalan ayat-ayat
pilihan
c.
Hafalan bacaan
shalat dan praktiknya
d.
Hafalan do‟a
sehari-hari
e.
Menulis huruf
al-qur’an[18]
3.
Metode Tilawati
Adalah sebuah buku panduan belajar membaca Al Qur‟an
yang kemudian disebut Metode Tilawati yang terdiri dari enam jilid. Secara khas
buku ini menggunakan pendekatan klasikal dan individual secara seimbang”. Sebagai
metode baru, hasil kreasi para guru Jawa Timur ini menawarkan beberapa
spesifikasi sebagai berikut :
a.
Metode Tilawati
terdiri atas 6 jilid buku, termasuk ghorib dan musykilat. Tiap-tiap jilid berbeda
warna cover
b.
Masing-masing
jilid dilengkapi dengan peraga yang berisi 20 halaman. Fungsi peraga akan
membantu santri belajar secara klasikal dan memudahkan penguasaan materi karena
peraga ini akan diulang- ulang (satu peraga bisa khatam antara 17 – 21 kali)
c.
Menggunakan irama
lagu rost, sebagai lagu dasar yang mudah difahami dan ditirukan
4.
Metode yanbu’a
Metode
yanbu’a adalah suatu metode baca tulis dan menghafal alqur’an yang untuk
membacanya santri tidak boleh mengeja, membaca langsung dengan cepat, tepat,
lancar dan tidak putus-putus disesuaikan dengan kaidah makharijul huruf.5 Kitab
yanbu‟a terdiri dari lima jilid khusus belajar membaca dan dua jilid berisi
materi gharib dan tajwid.
Metode
yanbu’a diperkenalkan oleh putra KH. Arwani Amin, yakni KH. Ulin Nuha Arwani, KH.
Ulil Albab Arwani dan KH. Mansur Maskan (Alm) pada awal tahun 2004. Secara
umum, tujuan inti yang hendak dicapai dari metode yanbu’a adalah siswa atau
santri mampu membaca huruf-huruf serta ayat-ayat alqur’an dengan lancar, benar
dan fasih sesuai makhraj (makharijul huruf).
Kelebihan
dari metode yanbu’a adalah materi yang diajarkan ditulis dengan khat Rasm
Usmany, di mana khat Rasm Usmany tersebut merupakan khat al qur’an standar
Internasional. Dan yanbu‟a dapat diajarkan oleh orang yang sudah dapat membaca
al-qur’an dengan lancar dan bermusyafahah kepada ahli qur‟an yang
mu‟tabarah/diakui kredibilitasnya, serta dapat membaca al-qur’an dengan benar,
lancar dan fasih.
G.
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
1.
Faktor
Pendukung
Dari hasil interview dan observasi yang
penulis lakukan dengan dewan guru, dalam hal ini juga dijelaskan oleh kepala SD
Negri 1 Prwodadi, bahwasannya dalam meningkatkan kemampuan baca tulis al-qur’an
di SD Negri 1 Prwodadi itu juga mempunyai faktor pendukung yaitu:
a. Guru
Faktor yang mendukung keberhasilan pelaksanaan
proses kegiatan belajar mengajar qiroati ini di dukung oleh kemampuan para
guru-gurunya,dan semangat para guru yang tak pantang menyerah dalam mengajarkan
atau melatih siswanya.
Sebelum guru menyampaikan materi maka para guru
terlebih dahulu mempersiapkan media apa yang harus di gunakan dalam proses
kegiatan belajar mengajar, dan tiap seminggu sekali juga belajar bersama yang
di koordinir oleh kepala SD Negri 1 Prwodadi. Semua itu dilakukan agar dalam
proses belajar mengajar para ustadz-guru tidak datang dengan pikiran kosong dan
proses belajar mengajar bisa berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
dalam visi misi TPQ.
b. Siswa
Dalam pelaksanaan baca tulis al-qur’an siswa juga
merupakan faktor pendukung, tiada artinya bilamana dalam suatu proses belajar
mengajar hanya tediri dari beberapa guru tapi tidak mempunyai siswa sama
sekali. Adapun siswa yang menjadi pendukung adalah siswa. yang masuk tepat pada
waktunya, siswa yang aktif, tidak bandel dan rajin.
c. Sarana
dan prasarana
Dalam hal ini yang menjadi faktor pendukung utama
adalah adanya kitab-kitab iqra’, alat peraga dan media belajar lainnya sudah tersedia
langsung di SD Negri 1 Prwodadi meskipun belum lengkap. Artinya para siswa
tidak perlu membeli di luar, karena siswa sudah dapat membeli di pengurus
sendiri, disamping itu kitab qiroati tidak di jual secara bebas. Hal ini semua
berkat para guru yang sudah bersyahadah, jadi pengadaan qiroati langsung di
koordinir dari guru.
2.
Faktor
Penghambat
Adapun
yang menjadi faktor penghambat dalam upaya meningkatkan kemampuan bacatulis
Al-Qur’an anak didik adalah kurangnya variasi metode yang digunakan oleh
guru-guru PAI, kurangnya motivasi dari orangtua terkait dengan upaya tersebut,
dan kurangnya sarana dan prasarana.Ada beberapa penyebab penghambat proses
pembelajaran al-Qur’an baik yang berupa
metode maupun strategi,
di antaranya adalah:
a. Dari
sisi kualitas,
sebagian
sekolah sudah banyak yang mampu memenuhi persyaratan sarana dan prasarana.
Sebagaian lagi masih ada yang seadanya baik pergedungan dan ruangan kelasnya,
apalagi pada sarana pembelajaran yang lain, seperti labortorium, perpustakaan,
ruangan ketrampilan, ruang ibadah, halaman bermain dan media serta alat peraga
pendidikan.
Hal
ini dapat dimaklumi, terutama di sekolah-sekolah yang berada di pedalaman
terutama pengadaan pendidikan dan sarana pendidikan adalah hasil dari swadaya masyarakat
sedang bantuan dari pemerintah sangat kecil. Dengan kasus seperti itu memang
sekolah atau stake holder sekolah harus mengupayakan untuk mengadakan semua
sarana tersebut kerena lembaga pendidikan bersifat nirlaba yang sesuai dengan
UU Pendidikan.
Untuk
SD Negri 1 Prwodadi ini, sebenarnya untuk segi sarana prasarana sudah terbilang
bagus dibandingkan dengan Sekolah lain yang sederajat dengannya.
Meskipun
dalam kurikulumnya sudah diberikan jam pelajaran dalam setiap minggunya
pelajaran Rumpun Agama Islam, namun masih ada juga problem- problem yang
menjadikan kendala atau penghambat khusunya dalam materi al-Qur’an.
b. Waktu
Salah
satu penyebab terjadinya problematika pembelajaran al-Qur’an di SD Negeri 1
Purwodadi adalah alokasi waktu yang disediakan di sekolah dan pememerintah
dalam merancang sebuah kurikulum karena hanya 2X35 setiap minggu. Masalah
inilah yang dianggap sebagai salah satupenyebab timbulnya kekurangan para
pelajar dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran yang ada dalam materi
pelajaran.
c. Banyaknya
siswa yang belum mengenal ilmu tajwid
karena banyak di antara siswa kelas IV kurang
memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru Al-Quran ketika Kegiatan
Belajar-Mengajar (KBM) berlangsung.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan hasil penelitian menurut peneliti sebab-sebab atau faktor
yang menjadi penghambat pembelajaran al-Quran sesuai dengan antara lain:
a) Kurangterpenuhinya
buku-buku dan media pembelajaran yang menunjang dalam pembelajaran al- Islam
khususnya dalam pembelajaran baca tulis al- Qur’an,
b) Minimnya
waktu pembelajaran agama khususnya al-Quran.
c) Banyak
siswa yang belum mengenal ilmu tajwid. Faktor inilah yang tentunya harus
diperhatikan oleh pihak sekolah terutama guru-guru agama selaku pembimbing
siswa di sekolah dalam pembelajaran al-Qur’an dan juga orang tua selaku
pembimbing di rumah. Kalau pun orang tua juga tidak bisa mengaji, paling tidak
orang tua harus terus memotivasi anak-anaknya untuk belajar membaca dan menulis
al- Qur’an dengan jalan berguru ke orang lain atau kepada siapapun yang bisa
membimbing anaknya agar lancar dan fasih dalam membaca dan menulis al- Qur’an.[19]
[1] Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Efektifitas
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2010), hal. 1487
[2] Lukman Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo, 2007), hal. 104
[3]
Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta:
Kencana 2006), hal. 125
[4] Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 161
[5] Ibid, h. 604
[6] Susanto Astrid, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek (Bandung: Bina Cipta, 1997),hal.7
[7] Republik Indonesia,
Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen &
Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas,(Bandung:
Permana, 2006), h. 65.
[8] Tim Dosen Administrasi
Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2009), h. 205
[9] Hasbullah, Otonomi Pendidikan,
(Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), h. 121
[10] Departemen Agama, Wawasan
Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (t.tp., Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam, 2005), h. 47
[11]
Daryanto, Pengembangan
Perangkat Pembelajaran: Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar, (Yogyakarta: GAVA
MEDIA, 2014), hlm. 41
[12] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,2014), hlm. 186.
[13] Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011), hlm.133.
[14] Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an, (Surakarta: Insan Kamil, 2011), hlm. 32-39
[15] https://kalam.sindonews.com/read/9009/68/11-adab-membaca-al-quran-yuk-amalkan-1587978246 diakses pada
25/08/2020
[16] Tim Dosen PAI, Bunga
Rampai Penelitian Dalam Pendidikan Agama Islam,(Yogyakarta: Feepublish,
2016), hlm. 6
[17] Imam murjito, Pengantar
Metode Qira’ati, (Semarang : Raudhatul Mujawwidin, 2002), h.13.
[18] Direktur
Jenderal Bimbingan Agama Islam, Metode-Metode Membaca Al-qur’an Di
SekolahUmum (Jakarta: Depag RI, 1998), h.43.
[19]
Hasil observasi
di SD Negeri 1 Purwodadi, tanggal 5 Agustus 2020